Rabu, 18 April 2012

PULPITIS


BAB II
TINJAUAN MATERI

A.  Definisi
Gigi Pada manusia dapat ditemui 4 (empat) macam gigi yang terdapat pada mulut disertai dengan arti definisi dan pengertian yaitu (www.organisasi.org, 2011):
1.    Gigi  Seri
Gigi seri adalah gigi yang memiliki satu akar yang berfungsi untuk memotong dan mengerat makanan atau benda lainnya.
2.    Gigi Taring
Gigi taring adalah gigi yang memilki satu akar dan memiliki fungsi untuk mengoyak makanan atau benda lainnya.
3.    Gigi Geraham Kecil
Gigi graham kecil adalah gigi yang punya dua akar yang berguna / berfungsi untuk menggilas dan mengunyah makanan atau benda lainnya.
4.    Gigi Geraham
Gigi geraham adalah gigi yang memiliki tiga akar yang memiliki fungsi untuk melumat dan mengunyah makanan atau benda-benda lainnya.

Dalam gigi terdapat bagian-bagian, diantaranya (www.bentengkehidupan.wordpress.com, 2011):
·         Mahkota : bagian yang terlihat dari gigi.
·         Enamel : permukaan gigi paling terluar, keras, mengkilat dan berwarna putih.
·         Dentin : keras tapi berpori, berwarna putih tulang dan lebih keras dari tulang.
·         Pulpa : pusat jaringan lunak dari gigi yang berisi jaringan saraf dan pembuluh darah.
·         Akar : bagian dari gigi yang tertanam ke tulang, jumlahnya berkisar satu sampai empat.
·         Saraf : mengirimkan sinyal (menyampaikan pesan seperti panas, dingin, atau sakit) ke dan dari otak.
·         Sementum : lapisan yang keras, kekuningan, yang berfungsi membantu memegang gigi dalam soket.
·         Periodontal membran / ligamentum : jaringan antara gigi dan soket gigi, yang memegang gigi pada tempatnya. Serat dari membran periodontal tertanam dalam sementum.
·         Gusi : jaringan lunak yang mengelilingi dasar gigi.
Pada dasarnya pulpa merupakan jaringan ikat yang sama seperti jaringan ikat yang berada di bagian tubuh yang lain. Namun, ada beberapa faktor yang membuatnya berbeda dalam memberikan respon terhadap iritasi:
1.      Hampir seluruh bagian pulpa dikelilingi oleh jaringan keras, sehingga membatasi pulpa untuk membengkak dan hal ini mengakibatkan terbatasinya kemampuan pulpa untuk mentolerir edema.
2.      Pulpa hampir tidak memiliki sistem sirkulasi kolateral sehingga mengurangi kemampuannya dalam menghadapi bakteri, jaringan nekrotik, dan inflamasi.
3.      Pulpa mengandung sel unik yaitu odontoblas. Pulpa dapat membentuk jaringan keras berupa dentin reparatif untuk melindungi dirinya dari cedera (www.gigisehatbadansehat.blogspot.com, 2011)
Pulpitis merupakan kelanjutan dari hiperemi pulpa, yaitu bakteri telah menggerogoti jaringan pulpa. Atap pulpa mempunyai persarafan terbanyak dibanding bagian lain pada pulpa. Jadi, saat melewati pembuluh saraf yang banyak ini, bakteri akan menimbulkan peradangan awal dari pulpitis akut. Secara hematogen, pulpitis juga dapat terjadi karena tuberkulosis, sifilis, dan lain-lain yang disebut anachorese. Pulpitis adalah peradangan pada pulpa gigi yang menimbulkan rasa nyeri. Pulpa adalah bagian gigi paling dalam, yang mengandung saraf dan pembuluh darah (www.ilmukesehatangigi.com, 2011)

B.  Klasifikasi (www.ilmukesehatangigi.com, 2011)
1.    Berdasarkan sifat eksudat yang keluar dari pulpa, pulpitis terbagi atas:
a)    Pulpitis akut. Secara struktur, jaringan pulpa sudah tidak dikenal lagi, tetapi sel-selnya masih terlihat jelas. Pulpitis akut dibagi menjadi pulpitis akut serosa parsialis yang hanya mengenai jaringan pulpa di bagian kamar pulpa saja dan pulpitis akut serosa totalis jika telah mengenai saluran akar.
b)   Pulpitis akut fibrinosa. Banyak ditemukan fibrinogen pada pulpa.
c)    Pulpitis akut hemoragi. Di jaringan pulpa terdapat banyak eritrosit.
d)   Pulpitis akut purulenta. Terlihat infiltrasi sel-sel masif yang berangsur berubah menjadi peleburan jaringan pulpa. Bergantung pada keadaan pulpa, dapat terjadi pernanahan dalam pulpa.
2.    Berdasarkan ada atau tidak adanya gejala, pulpitis terbagi atas:
a)    Pulpitis simtomatis. Pulpitis ini merupakan respons pe-radangan dari jaringan pulpa terhadap iritasi, dengan proses eksudatif memegang peranan. Rasa sakit timbul karena adanya peningkatan tekanan intrapulpa. Rasa sakit ini berkisar antara ringan sampai sangat hebat dengan intensitas yang tinggi, terus-menerus, atau berdenyut.
Yang termasuk dalam pulpitis simtomatis adalah:
·         Pulpitis akut
·         Pulpitis akut dengan periodontitis apikalis akut/kronis
·         Pulpitis subakut.
Gambaran radiografi memperlihatkan adanya karies yang luas dan dalam, kadang-kadang terjadi sedikit pelebaran ligamen periodontal. Pada pulpitis simtomatis yang disertai periodontitis apikalis terjadi kepekaan terhadap perkusi. Rangsangan panas akan menyebabkan rasa sakit, sebaliknya rasa sakit berkurang dengan adanya rangsangan dingin. Pada stadium awal, gigi menunjukkan kepekaan yang tinggi terhadap tes elektrik, selanjutnya kepekaan ini berkurang sejalan dengan keparahan penyakit.
b)   Pulpitis asimtomatis. Merupakan proses peradangan yang terjadi sebagai mekanisme pertahanan dari jaringan pulpa terhadap iritasi dengan proses proliferasi berperan di sini. Tidak ada rasa sakit karena adanya pengurangan dan keseimbangan tekanan intrapulpa.
Yang termasuk pulpitis asimtomatis adalah:
·         Pulpitis kronis ulseratif
·         Pulpitis kronis hiperplastik
·         Pulpitis kronis yang bukan disebabkan oleh karies (prosedur operatif, trauma, gerakan ortodonti).
3.    Berdasarkan gambaran histopatologi dan diagnosis klinis, pulpitis terbagi atas:
a)      Pulpitis reversibel, yaitu vitalitas jaringan pulpa masih dapat dipertahankan setelah perawatan endodonti.
Yang termasuk pulpitis reversibel adalah:
·         Peradangan pulpa stadium transisi
·         Atrofi pulpa
·         Pulpitis akut.
b)      Pulpitis ireversibel, yaitu keadaan ketika vitalitas jaringan pulpa tidak dapat dipertahankan, tetapi gigi masih dapat dipertahankan di dalam rongga mulut setelah perawatan endodonti dilakukan.
Yang termasuk pulpitis ireversibel adalah:
·         Pulpitis kronis parsialis tanpa nekrosis
·         Pulpitis kronis parsialis dengan nekrosis
·         Pulpitis kronis koronalis dengan nekrosis
·         Pulpitis kronis radikularis dengan nekrosis
·         Pulpitis kronis eksaserbasi akut.

C.  Etiologi
Penyebab pulpitis yang paling sering ditemukan adalah kerusakan email dan dentin, yang menyebabkan pembusukan gigi, penyebab kedua adalah cedera. Pulpa terbungkus dalam dinding yang keras sehingga tidak memiliki ruang yang cukup untuk membengkak ketika terjadi peradangan. Yang terjadi hanyalah peningkatan tekanan di dalam gigi.
Peradangan yang ringan, jika berhasil diatasi, tidak akan menimbulkan kerusakan gigi yang permanen. Peradangan yang berat bisa mematikan pulpa.  Meningkatnya tekanan di dalam gigi bisa mendorong pulpa melalui ujung akar, sehingga bisa melukai tulang rahang
dan jaringan di sekitarnya (www.ndrie-askep.blogspot.com, 2011).

D.  Maninfestasi Kinis (www.pkmsekura.blogspot.com, 2011)
Tanda dan gejala pada pasien pulpitis :
a)      Gigi yang mengalami pulpitis akan nyeri berdenyut, terutama malam hari. Nyeri ini mungkin menjalar sampai ke daerah sinus dan pelipis (pulpitis gigi atas) atau ke daerah telinga (pulpitis gigi bawah).
b)      Bila kemasukan makanan, karena rangsangan asam, manis, atau dingin akan terasa sakit sekali. Sakit saat mengunyah menunjukkan bahwa peradangan telah mencapai jaringan periapikal.
c)      Gigi biasanya sudah berlubang dalam dan pulpa terbuka.

E.      Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan apakah pulpa masih bisa diselamatkan, bisa dilakukan beberapa pengujian(www.ilmukesehatangigi.com, 2011):
1.      Diberikan rangsangan dingin.
Jika setelah rangsangan dihentikan nyerinya hilang, berarti pulpa masih sehat. Pulpa bisa dipertahankan dengan cara mencabut bagian gigi yang membusuk dan menambalnya.
Jika nyeri tetap ada meskipun rangsangan dingin telah dihilangkan atau jika nyeri timbul secara spontan, maka pulpa tidak dapat dipertahankan.
2.      Penguji pulpa elektrik.
Alat ini digunakan untuk menunjukkan apakah pulpa masih hidup, bukan untuk menentukan apakah pulpa masih sehat.
Jika penderita merasakan aliran listrik pada giginya, berari pulpa masih hidup.
3.      Menepuk gigi dengan sebuah alat.
Jika dengan pengetukan gigi timbul nyeri, berarti peradangan telah menyebar ke jaringan dan tulang di sekitarnya.
4.      Rontgen gigi.
Dilakukan untuk memperkuat adanya pembusukan gigi dan menunjukkan apakah penyebaran peradangan telah menyebabkan pengeroposan tulang di sekitar akar gigi.

F.     Pengobatan (www.ilmukesehatangigi.com, 2011)
Peradangan mereda jika penyebabnya diobati.
   1.      Jika pulpitis diketahui pada stadium dini, maka penambalan sementara yang mengandung obat penenang saraf bisa menghilangkan nyeri. Tambalan ini bisa dibiarkan sampai 6-8 minggu dan kemudian diganti dengan tambalan permanen.
   2.      Jika terjadi kerusakan pulpa yang luas dan tidak dapat diperbaiki, satu-satunya cara untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mencabut pulpa, baik melalui pengobatan saluran akar maupun dengan pencabutan gigi.
   G.    Asuhan Keperawatan
a)      Pengkajian
·      Kaji identitas klien
·      Kaji pola nutrisi
Kurangi makan bersuhu ekstrim
·      Lingkungan
Kaji riwayat kesehatan
·      Keluhan utama
·      Riwayat kesehatan yang dahulu
·      Riwayat kesehatan sekarang
·      Riwayat kesehatan keluarga
Kaji Pola kesehatan fungsional menurut Gordon
·      Pola presepsi dan kesehatan
·      Pola nutrisi dan metabolic
·      Pola istirahat dan tidur
·      Pola persepsi sensori  dan kognitif
·      Pola aktivitas dan latihan
Kaji pemeriksaan fisik
·      Keadaan umum
·      Kesehatan mulut
b)     Diagnosa dan Intervensi
1.      Nyeri b.d agens-agens yang menyebabkan cedera fisik
Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan 3x24 jam.
Kriteria hasil :
·         Ekspresi wajah tidak mringis
·         Terganggunya pola tidur tidak terjadi lagi.
·         Kegelisahan / keteganggan otot tidak terjadi.
Intervensi :
1.      Observasi nyeri pasien PQRST
2.      Kompres air dingin pada pipi gigi yang sakit
3.      Ajarkan teknik distraksi
4.      Pemberian obat analgestik.

2.      Gangguan pola tidur b.d nyeri / ketidak nyamanan.
Tujuan : gangguan pola tidur dapat teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
·         Jumlah jam tidur pasien tidak tergaggu
·         Perasaan segar setelah tidur atau istirahat
·         Terjaga pada waktu yang sesuai
Intervensi :
1.      Pantau polatidur pasien dan catat faktor-faktor sikologis yang dapat menganggu pola tidur pasien.
2.      Hindari suara kera dan berikan lingkungan yang tenang damai, dan meminimalkan gangguan.
3.      Ajarkan pasien untuk menghindari makanan dan minuman pada jam tidur yang dapat menganggu tidur.
4.      Diskusikan dengan dokter tentang perlunya meninjau kembali program pengobatan jika berpengaruh pada pola tidur.




DAFTAR PUSTAKA







Wilkinson. M Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar